(Masih Sebelum) Jalan-jalan ke Parepare

Jauri pun menggambar. Beberapa menit kemudian, dia meminta saya untuk menggambar sesuatu. Saya lalu gambar panda, sebagian badannya dan kepalanya, baru Jauri langsung mewarnainya. Eh, cuma beberapa menit dia mewarnai lalu dia menunjukkan hasilnya. Sebenarnya jelek, jadi saya bilang 'bagus' saja supaya tidak tersinggung Jauri. Mami memanggil saya masuk. 

"Kenapa temanmu belum pulang?" tanya Mami.

"Karena dia tidak main mi lagi nanti sama saya, Mami,"jawab saya, sambil memohon pada Mami,

Mami pun bilang boleh lagi main sebentar baru sudah. Soalnya sudah mau makan siang. Saya pun keluar, duduk di samping Azizah. Selesai saya menggambar, eh, selesai Jauri menggambar, Azizah langsung pamit. 

Aini tiba-tiba mau pulang untuk makan. Tapi nanti kembali lagi kalau sudah makan, kata Aini sambil memakai sandal. Tapi saya bilang tidak usah karena mau makan. 

Azizah langsung pamit pada saya. Saya bilang, tunggu dulu dan langsung memanggil Mami, bahwa Azizah ingin pulang. Mami bilang tunggu sebentar. Semenit kemudian Mami datang memakai celemek. 

"Azizah mau pulang, ya? Nanti Tante simpan nomor hapenya, ya?"

"Iya, Tante, saya mau pulang ke Palu, ya," jawab Azizah, sambil salam tangan dengan Mami.

Mami menyuruh saya berfoto dengan Azizah. Kalau sudah, baru foto dengan Aini dan Jauri. Mami menyuruh saya berfoto dengan Azizah saling peluk. Malu sih kalau difoto. Tapi biarlah, cuma sekali saja, toh? Akhirnya saya berpelukan dengan Azizah. Tapi waktu berpelukan dengan Azizah, saya tertawa dengan Azizah dan Aini karena difoto dua kali. Akhirnya selesailah di foto! 

Azizah pun memakai sandal bersama Aini. Saya juga memakai sendal karena mau mengantar Azizah sampai depan pagar. Saya pun berpelukan sekali lagi, habis itu dadah-dadah dari jauh. Dan akhirnya saya takkan bertemu lagi dengannya.  Sedih, sih kalau ditinggalkan sahabat, tapi saya harus kuat!

Baru habis Azizah pergi, datanglah Kak Iccang naik motor. Kak Iccang pergi cuci tangan. Kak Iccang langsung sampaikan bahwa, Kak Dian akan datang pas selesai Dhuhur.

Saya langsung berlari ke dalam rumah, menuju ke dapur. Lalu menemukan Mami yang sedang memotong wortel. "Kak Iccang sudah datang dan dia bilang Kak Dian akan datang pada saat selesai Dhuhur."

Mami langsung kaget, Mami tidak diberitahu, tapi kak Iccang diberitahu. Saya pun juga tidak tahu-menahu, sumpah! Mami pun menyuruh saya untuk memberithu Kak Iccang pada Kak Dian lagi betul atau tidak. Saya berlari memberitahu Kak Iccang. Kak Iccang mendapat balasan dari Kak Dian padahal belum tanya. Jawaban Kak Dian adalah akan datang setelah Dhuhur seperti jawaban sebelumnya.

Mami berkata, "Mami sudah masak."

Saya bilang, "Tidak apa-apa! Kan makan dulu sebelum pergi."

Mami langsung setuju. Mami pun melanjutkan memasak.

Saya pun pergi duduk di luar membaca sambil menuggu Mami selesai masak.

Saya tiba-tiba dipanggil Mami. "Tanya Kak Iccang sama Kak Rusdi kalau Mami masak. Tanya mau makan atau tidak."

Saya berlari lalu bertanya pada Kak Rusdi sama Kak Iccang. Kak Rusdi masih kenyang dan Kak Iccang masih kenyang dan sudah makan. Saya langsung mengangguk, berlari ke dapur dan kubilang pada Mami bahwa keduanya masih kenyang. 

Mami pun pas-pas selesai juga masak, Mami langsung menyuruh saya mengambil piring dua untuk makan. Saya pun pergi untuk mengambil piring di samping meja makan. Saya berikan satu untuk Mami, lalu Mami mengambilnya dari tangan saya. Sudah kami berdua makan, Mami ke depan teras lalu menyuruh Kak Rusdi untuk makan. Tapi Kak Rusdi menolak dengan halus. Sudah Kak Rusdi berbicara, saya langsung bertanya pada Mami, "Kenapa Kak Rusdi menolak, Mami? Apa dia masih sakit?"

"Kak Rusdi itu lidahnya masih pahit, Bobel, jadi dia tidak berselera makan. Makanya tadi dia menolak untuk makan."

Saya pun mengangguk mengerti, lalu saya diam.

Mami juga memanggil Kak Iccang untuk makan, tapi Kak Iccang menolak untuk makan juga, soalnya Kak Iccang sudah makan sebelum ke KB (Kampung Buku, rumah Bobel).

Selesai Mami bicara, Kak Dian nanti datang mungkin setelah Dhuhur sama Om Appang. Tapi walau ditunggu dua jam Kak Dian tidak datang. Saya pun masuk ke dalam rumah, lalu ke kamar Mami.

"Kenapa?" tanya Mami sambil melipat baju.

"BOSAN NUNGGU! Sudah mau jam tiga belum datang juga Kak Dian. Jadi saya ke sini," jawab saya, sambil berbaring.

Mami pun langsung menyuruh untuk tidur. 

"YA!"

Karena pasti masih lama! Jadi saya tidur saja. 

"Mami akan bangunkan kalau sudah datang Kak Dian."

Saya pun mengangguk dan langsung minta izin untuk tidur di kamar Mami. Tapi, saya sulit untuk tidur, dan juga Mami selalu bertanya-tanya, baju apa yang cocok di bawah ke Parepare nanti dengan Maros, akhirnya saya tidak tidur. Saya pun menemani Mami bicara.

Lima belas menit kemudian Kak Dian datang, lalu berkata, "AYO GAES! Kita pergi ke Parepare!"

Kak Dian masuk ke teras, duduk, sambil menuggu kami memasukkan tas ke bagasi mobil. Saya dan Kak Iccang sudah memasukkan tas ke bagasi Mobil. Tinggal menunggu Mami, tapi sudah sepuluh menit Mami masih siap-siap untuk menaikkan tas. Soalnya kalau Mami bawa barang semua rasanya Mami mau bawa. Jadi banyak yang biasa dibawa Mami.

Saya, Kak Iccang, Kak Dian, dan Om Appang menunggu di dalam mobil supaya tidak tambah lama lagi buang waktu. Tapi rasanya sudah ditambahi lagi sepuluh menit, Mami belum datang.

Saya pun keluar dari mobil lalu masuk ke dalam rumah mencari Mami. Di ruang tamu sama ruang makan tidak ada. Pas cari di kamarnya, Mami ada. 

"Kak Dian, Kak Iccang, dan Om Appang sudah menunggu di mobil, tapi Mami lama sekali. Jadi saya keluar dari Mobil, Mami."

Mami langsung mengangguk dan menyuruh saya masuk ke mobil. Saya masuk ke mobil dan menunggunya. Tapi sudah lima menit, lalu saya mau masuk, tapi Kak Dian melarang saya. Jadi saya tunggu Mami di mobil, akhirnya Mami keluar juga dan berpamitan pada Kak Rusdi. Mami langsung masuk ke mobil dan meminta maaf pada Kak Dian, Om Apppang, dan Kak Iccang karena lama di dalam rumah dan telah membuat kami karenanya menunggu.

Lalu saya dan Mami membuka jendela kaca mobil. Kami berpamitan pada Kak Rusdi. Lalu  kami pun  berangkat. Saya hanya menatap jendela selama perjalanan, dari Gowa ke Parepare, tapi waktu masih di Makassar saya cerita-cerita sambil makan kue. Tapi Mami sama yang lain asyik cerita-cerita.

Akhirnya kami sampai di Pangkep untuk singgah di tempat makan yang besar, yang seperti restoran, padahal cuma menjual gorengan, namanya, "Tahu Sumedang."

Tapi pas kita parkir ada temannya Om Appang, Om Appang langsung turun dari mobil dan bersalaman sama temannya, Kak Dian berkata Kak Iccang, Mami, dan saya, "Itu adalah temannya di Pinrang."

Kami pun turun semua dari mobil lalu pergi ke bagian penjual Gorengan Expres, mungkin. Kami naik tangga, tapi cuma sebentar, kami pun beli beli gorengannya. Tapi menurut Mami, yang bagian kasirnya kata Mami tidak ramah, katanya disuruh bayar dulu baru diberikan gorengannya pada kami. Mami juga bilang bahwa sambel pedisnya sedikit sekali, baru pakai kantong sambel yang bisa ditutup-tutup supaya tidak basi, yang paling kecil juga plastiknya.

Dan pas sebelum ke sini, Kak Iccang yang kasih rekomendasi makan di situ, jadi kami makan di situ. Tapi pas di coba, cuma biasa-biasa saja.

Kami makannya pas di mobil. Mami juga tanya Kak Iccang bahwa berapa banyak nilainya dari satu sampai sepuluh, satu paling rendah, Kak Iccang bilang, "Tujuh recomendetnya kalau saya."

"Mestinya kita tanya dulu berapa nilainya, baru singgah!" kata Mami sama Kak Dian bersamaan.

Mami juga bilang, "Krispy tahunya cuma sedikit dan di dalam tahunya basah. Mungkin lebih mirip tahu susu". Mami juga bilang menyesal membeli Tahu sumedang.

Saya juga mencoba cirengnya. Cirengnya besar dan tidak basah dalamnya, keras dan malah krispy. Buat orang yang suka cireng, itu mungkin rasanya aneh.

Kak Dian langsung memanggil Om Appang untuk melanjudkan perjalanan kita ke Parepare. Om Appang pun langsung pamit sam temannya, lalu naik mobilnya,.

Kami pun melanjudkan kepergian kami.

Saya selesai makan gorengan. Tahu tidak berapa yang kumakan? Cuma satu! Soalnya cuma cireng yang saya makan. Soalnya cireng yang kumakan itu lebih besar daripada telapak tangan saya. Mungkin sebesar telapak kaki saya! Saya tidak mau makan gorengan yang lain. Soalnya saya sudah menduganya, kalau yang saya makan biasa-biasa saja. Yang lain juga pasti biasa-biasa saja juga! Dan ternyata benar! Satu gorengan itu 5.000 mungkin! MAHAL BETUL!

Lalu kami pun pergi melanjutkan dan cerita-cerita lagi!

Setelah itu saya hanya menatap jendela setelah beli gorengan, dan tiba-tiba ada lagu Blackpink Lovesick Girls yang terputar! Saya langsung menyanyi-menyanyi, dan bagusnya ada selanjutnya lagunya lagi Blackpink, How you like that! SENANG BANGET! DUA KALI! HUI! PESTA! Hehehehehehehehehehehehe...! Sudah terputar Blackpink, Kapal Udara sesudahnya! Asyik! Pokoknya  waktu tidak terasa kalau lagu diputar! 

Akhirnya kami sampai di Parepare! Tujuan kami ke Rumah Putih. Kami jalan lagi lebih ke dalam Kota Parepare. Mungkin sekitar lima belas kami baru sampai di Rumah Putih.

Pas kami sampai di Rumah Putih, kami mutar-mutar tiga kali untuk cari tempat parkir, akhirnya diparkir, tapi di parkir di depan Rumah Putih ternyata! Percuma dong mutar-mutarnya tiga kali!

Saya langsung keluar mobil cepat-cepat! Saya paling duluan yang sampai masuk duluan dari yang lain. Langsung saya menyapa mereka.

"Halo!"

Semua langsung bersamaan berkata,

"Ayo masuk! Sini Bobel! Makan!"

Kata Kakak-kakak yang ada di situ.

Saya pun membuka sepatu dan masuk ke Rumah Putih.

Saya keluar ke halaman samping Rumah Putih, dan menemukan Papi sedang merokok. Papi langsung melihat saya lalu bertanya banyak pada saya. Sudah Papi bertanya, saya cepat-cepat pergi dari Papi, lalu saya duduk di depan Om Uccang sama Kakak Zizi. Lalu tiba-tiba ada Kak Avi yang mau duduk di samping saya lalu ia meyapa. Saya menyapanya juga.

Sudah itu saya meminta kunci mobil pada Kak Dian, tapi kunci mobilnya ada pada Om Appang. Untungnya Om Appang ada di sampingnya Kak Dian.

Tapi Om Appang bilang harus ada yang menemani saya ke mobil. Jadi saya minta tolongnya pada Kak Iccang untuk gantisSepatu sama celana karena saya lagi pakai rok, terus banyak nyamuk dan dingin. Terus saya ganti sepatu dengan sandal, soalnya kaki saya panas.

Saya pun menyuruh Kak Iccang untuk balik ke kiri supaya dia tidak lihat saya buka rok. Jadi dia balik kiri, karena posisi mobilnya itu ke kanan, makanya dia balik ke kiri.

Mungkin saya ganti celana sekitar tujuh menit sama ganti sandal. Selesai saya ganti celana saya mematikan lampu mobil, lalu saya menutup pintu mobil. Terus saya suruh Kak Iccang balik, lalu saya suruh Kak Iccang untuk mengunci mobil.

Kami pun langsung masuk ke Rumah Putih dan duduk-duduk di dalam Rumah Putih.

Saya langsung memberikan kunci mobilnya ke Om Appang lalu saya duduk lagi di sofa yang bisa orang baring. Tapi ternyata orang mau rapat, jadi saya keluar ke depan teras Rumah Putih untuk duduk-duduk.[]

Komentar

Postingan Populer